Tingkat Kelulusan Siswa SMP/MTS/SMPT Surabaya Turun



SURABAYA - Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya harus cepat berbenah diri. Sebab, hasil ujian nasional (unas) tahun ini benar-benar mengecewakan. Setelah tingkat kelulusan siswa SMA dan sederajat jeblok, kemarin giliran tingkat kelulusan siswa SMP dan sederajat yang turun signifikan.

Hasil unas SMP dan sederajat yang diumumkan Dispendik Jawa Timur kemarin menunjukkan bahwa tingkat kelulusan siswa SMP/MTS/SMPT Surabaya turun. Dari 37.748 peserta unas SMP dan sederajat tahun ini, terdapat 2.184 siswa yang dinyatakan tidak lulus. Itu berarti tingkat kelulusannya ''hanya'' 94,3 persen.

Angka tersebut lebih jelek bila dibandingkan dengan tingkat kelulusan tahun lalu. Pada 2009, dari 34.199 peserta unas SMP di Surabaya, yang tidak lulus ''hanya'' 408 siswa. Itu berarti tingkat kelulusannya mencapai 98,81 persen.

Bahkan dibandingkan dengan 2008, tingkat kelulusan tahun ini juga masih kalah. Pada 2008, siswa yang lulus mencapai 98,54 persen. Saat itu dari 33.398 siswa yang mengikuti ujian, cuma 486 yang gagal.

''Harus kami akui bahwa tingkat kelulusan siswa Surabaya tahun ini turun. Tapi, penurunan itu kan tidak hanya terjadi di Surabaya. Di tingkat Jawa Timur juga turun,'' ujar Kepala Dispendik Surabaya Sahudi kemarin (6/5).

''Kami masih bisa memperbaikinya. Sebab, masih ada ujian ulangan," tambahnya.

Memang, tingkat kelulusan unas SMP dan sederajat se-Jatim tahun ini mengalami penurunan cukup signifikan. Dari 534.011 peserta unas tahun ini, yang tidak lulus mencapai 35.567 siswa atau 6,66 persen. Sedangkan tahun lalu, dari 510.033 siswa yang mengikuti ujian, 15.974 orang dinyatakan tidak lulus atau 3,53 persen.

Kendati di tingkat Jatim sama-sama menurun, bukan berarti itu bisa dijadikan alasan bagi Dispendik Surabaya. Sebab, dari data yang dikeluarkan Dispendik Jatim, hasil yang dibukukan Surabaya tahun ini juga kalah dari daerah-daerah lain.

Dari daftar siswa peraih nilai tertinggi se-Jatim, tidak ada siswa Surabaya yang mampu menembus sepuluh besar. Daftar sepuluh besar justru dikuasai siswa-siswa dari Ponorogo dan Tulungagung. Peringkat satu menjadi milik siswa SMP Negeri 1 Ponorogo atas nama Alfian Robi Widado dengan nilai 39,60.

Untuk rata-rata nilai terbaik kota/kabupaten, Surabaya juga kalah dibanding daerah-daerah lain. Surabaya hanya mampu menempati peringkat ketujuh dengan nilai rata-rata 31,93. Posisi Surabaya berada di bawah Sidoarjo, Lamongan, Pamekasan, Tulungagung, Gresik, dan Sumenep (selengkapnya lihat grafis, Red).

''Tapi, harus diingat bahwa secara peringkat, posisi Surabaya tahun ini mengalami peningkatan signifikan. Tahun lalu Surabaya berada di posisi ke-15. Sedangkan tahun ini berada pada posisi ketujuh,'' kata Sahudi.

Meski begitu, Sahudi mengakui bahwa pihaknya harus segera berbenah diri. Sebab, bagaimanapun, terdapat penurunan tingkat kelulusan siswa SMP dan sederajat yang juga signifikan.

''Tentu kami akan melakukan evaluasi. Ini akan kami lakukan secepatnya. Kami ingin melihat faktor yang memengaruhi ini semua. Untuk saat ini kami belum bisa bicara banyak. Kami harus melakukan evaluasi dulu," ujar Sahudi.

Evaluasi juga harus dilakukan Dispendik Jatim. Sebab, dari data yang ada, bukan hanya tingkat kelulusan yang turun drastis. Ada fakta lain yang juga cukup mencengangkan. Yakni, terdapat 54 sekolah yang siswanya tidak lulus semua. Rinciannya, 23 SMP, 4 MTs, dan 27 SMP terbuka.

Menurut Kepala Dispendik Jatim Suwanto, sekolah-sekolah tersebut umumnya sekolah kecil di daerah-daerah. Namun, apa pun alasannya, hal itu tetap menjadi catatan hitam bagi dunia pendidikan Jatim.

''Faktanya memang seperti itu. Jadi, tidak sepatutnya memang kami mengelak. Tentu kami akan menjadikan ini semua untuk bahan evaluasi. Sebab, bagaimanapun, ini masalah yang harus diselesaikan,'' tandas Suwanto. (fim/c2/ari)

Sumber : http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=showpage&kat=1&subkat=20


0 komentar: