Vava Mario Zagalo, Bocah Kediri yang Masuk Seleksi Timnas PSSI U-16


Demi Sepak Bola Rela Keluar dari Sekolah Negeri

Bukan kebetulan bila nama pemuda ini mirip pemain dan mantan pelatih Brazil Mario Zagalo. Menunjukkan harapan besar terhadap bakat pemuda Kabupaten Kediri ini. Harapan itu mulai terwujud. Vava Mario Zagalo k
Publish Post
ini berpeluang berkostum tim nasional PSSI U-16.

ANTUJI H. MASROH, Kediri

-----------

Garis 'reinkarnasi' pesepakbola Kediri yang mengihasi tim nasional bakal tak terputus. Setelah nama-nama seperti Bambang Drajad, yang pernah menjadi pemain timnas PSSI Garuda di era 80-an, atau Budi Sudarsono yang kini jadi andalan timnas senior, bakat menjadi pesepak bola nasional juga mulai terlihat pada diri pemuda asal Desa Bangsongan, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri ini.

Namanya mentereng, Vava Mario Zagalo. Mirip dengan bintang Brazil beberapa dekade lalu. Pemain dengan posisi sebagai striker ini sudah menunjukkan potensi besar sebagai pemain sepak bola. Paling tidak di level tanah air.

Usianya baru 15 tahun. Vava, demikian pemain yang tercatat sebagai ujung tombak Persedikab U-17 ini biasa disapa, sejengkal lagi bakal berbaju merah-putih. Kini, Vava sudah mencicipi berlatih bersama dengan pemain timnas PSSI U-16 di Jakarta. Tim ini dipersiapkan untuk mengikuti Piala AFF tahun ini.

"Dari latihan-latihan selama ini di Jakarta, Vava optimistis sekali bisa masuk tim inti. Semoga terwujud," harap ayah Vava, Paijan, 52, kepada Radar Kediri, ketika ditemui di rumahnya.

Memang, kepastian nasib Vava belum didapat saat ini. Rencananya, nama-nama yang lolos dalam seleksi timnas tersebut akan diumumkan pada 30 Agustus nanti. "Ya sekarang lagi ketar-ketir. Bisa lolos apa tidak," sambung Supinatun, 41, ibu Vava, yang mendampingi suaminya saat wawancara.

Jika toh ternyata nantinya Vava tidak berhasil lolos, kedua orang tuanya sudah siap mental. Mereka mangaku tidak akan menyesal. "Rezeki itu dari Yang di Atas. Yang penting berusaha," kata Paijan, di ruang tamu rumahnya yang sederhana.

Paijan mengaku, tujuan utama dia membimbing Vava menekuni sepak bola adalah untuk menjauhkan anaknya dari pengaruh pergaulan bebas. Dengan sibuk bermain sepak bola, Paijan berharap anaknya bisa menghindarkan diri dari pengaruh obat-obatan terlarang atau kenakalan remaja lain.

Namun, tak bisa dipungkiri bila akhirnya Vava justru menunjukkan prestasi bagus di sepak bola, pria yang juga perangkat Desa Bangsongan itu menjadi sangat bangga. Terlebih bila pemain jangkung, bertinggi 178 centimeter tersebut, akhirnya benar-benar lolos sebagai pemain timnas U-16.

Sejak kecil, Paijan berharap anaknya menjadi pemain sepak bola. Itu pula alasan mengapa Vava kecil diberi nama Mario Zagalo di belakang. Pemain sepak bola asal Brazil tersebut adalah idola Paijan kala itu.

Makanya pria yang menjabat kaur kesra, sering disebut bayan, Desa Bangsongan itu serius membimbing anaknya bermain sepak bola. Pengenalan terhadap sepak bola sudah dilakukan sejak kecil.

"Kelas IV SD sudah saya masukkan di SSB (Sekolah Sepak Bola, Red)," kenangnya.

Awalnya, Vava dimasukkan di SSB Indonesia Muda, Pagu, oleh Paijan. Sekolah sepak bola tersebut kebetulan bermarkas tak jauh dari rumahnya. Hanya saja, saat itu Paijan menganggap perkembangan sang anak kurang memuaskan dirinya.

Setelah menginjak usia SMP, Paijan pun memindahkan tempat belajar sepak bola anaknya. Vava dimasukkan ke SSB yang lebih besar, SSB Triple S. Di SSB yang juga milik Manajer Persedikab Sony Sandra tersebut bakat pemuda kelahiran 21 April 1993 itu semakin terasah.

Ditopang posturnya yang tinggi, Vava dengan cepat menunjukkan bakatnya sebagai pesepakbola bermasa depan cerah. Di bawah bimbingan pelatih di SSB Triple S, Vava yang sebelumnya berposisi sebagai gelandang akhirnya ditempatkan sebagai striker.

Bungsu dua bersaudara itu memiliki kemauan yang sangat keras untuk menjadi pesepakbola berkualitas. Setiap sore dia mengisi waktunya dengan berlatih sepak bola. Baik bersama SSB maupun dengan teman-temannya di lapangan desa tepat di depan rumahnya.

Vava bahkan bersedia berkorban demi hobi dan cita-citanya itu. Saat masuk SMA, pemain dengan nomor punggung 9 saat membela Jatim di Liga Medco itu memaksa keluar meski sudah diterima sebagai siswa di SMA Negeri 2 Pare. Dia memilih masuk di sekolah yang kurang favorit.

"Vava ngotot keluar dari SMA negeri supaya bisa terus latihan sepak bola. Soalnya kalau di SMA negeri dia khawatir masuknya sampai sore, jadi tidak bisa main bola," terang Paijan.

Dengan kemaun keras dan tekad membara, akhirnya pemain yang sekarang tercatat sebagai siswa di SMK Al Amin Kediri itu mengikuti seleksi pemain Popda. Hingga menjadi striker andalan Jatim U-15 di ajang Liga Medco beberapa minggu lalu. Di liga tersebut, siswa kelas dua itu berhasil mengantarkan Jatim U-15 menjadi juara. "Sampai akhirnya Vava dapat surat panggilan dari PSSI," sambung Supinatun. (fud)

0 komentar: